Al-Qur’an itu diturunkan khusus kepada Nabi Muhammad
SAW. Sedangkan kalam Allah Ta’ala yang diturunkan kepada nabi-nabi selain Nabi Muhammad
SAW seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa atau Injil yang diturunkan
kepada Nabi Isa tidak bisa dinamakan dan disebut sebagai Al-Qur’an. Demikian
pula hadits qudsi tidak bisa disamakan dengan Al-Qur’an.
Nabi Muhammad SAW pertama kali menerima wahyu
ketika usianya 40 tahun. Saat itu, beliau yang sedang berkhalwat atau
bertahannus di Gua Hira menerima wahyu yang pertama, yaitu Al-Qur’an Surat al-Alaq
ayat 1-5. Peristiwa itu sekaligus menjadi ‘tanda’ bahwa beliau sudah diangkat
menjadi Nabi dan Rasul Allah. Nabi Muhammad kemudian menerima wahyu dari Allah
Ta’ala melalui malaikat Jibril secara bertahap selama 23 tahun setelahnya (masa
kenabian), atau hingga beliau wafat. Tidak hanya ayat-ayat Al-Qur’an, wahyu
yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad juga berupa hadits-hadits
qudsi.
Artikel Terkait : AL QUR’AN AL KARIIM (bag. 1)
Artikel Terkait : AL QUR’AN AL KARIIM (bag. 1)
Lantas, bagaimana proses wahyu dari Allah
tersebut sampai kepada Nabi Muhammad? Apakah caranya sama atau berbeda-beda?
Dan bagaimana kondisi Nabi Muhammad ketika memperoleh wahyu dari Allah?
Merujuk buku Syakhshiyah Ar-Rasul
(Muhammad Rawwas Qal’ah Ji, 2008), ada beberapa cara wahyu diturunkan
kepada Nabi Muhammad. :
Pertama, Jibril mendatangi langsung Nabi
Muhammad dalam bentuk laki-laki. Suatu ketika Jibril menemui Nabi Muhammad
dengan mengenakan pakaian serba putih dan berambut hitam. Tidak ada seorang
sahabat Nabi pun yang mengenalinya. Jibril kemudian menyampaikan wahyu kepada
Nabi Muhammad dengan cara bercakap-cakap dengannya. Kadang kala, Jibril
mendatangi Nabi Muhammad dengan menyerupai seorang sahabat yang bernama Dihyah
al-Kalbi.
Kedua, wahyu turun kepada Nabi Muhammad
seperti bunyi lonceng. Menurut Nabi Muhammad SAW, cara itulah yang paling
berat. Karena ketika wahyu turun dalam bentuk lonceng, Nabi Muhammad bisa
berkeringat meski pada saat turunnya wahyu tersebut sedang musim dingin. Beliau
juga sampai sesak nafas ketika wahyu turun dalam bentuk lonceng.
Al-Harits bin Hisyam radhiallahu ‘anhu pernah
bertanya kepada Rasulullah Muhammad ﷺ, “Wahai Rasulullah,
bagaimana cara wahyu datang kepadamu?” Rasulullah ﷺ
menjawab,
أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ، وَهُوَ
أَشَدُّهُ عَلَيَّ فَيُفْصَمُ عَنِّي وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ،
وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِي الْمَلَكُ رَجُلاً فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ
“Terkadang wahyu itu datang kepadaku seperti
suara lonceng. Inilah yang terberat bagiku. Dia memberitakan sesuatu dan aku
memahami apa yang ia ucapkan. Dan terkadang malaikat datang dalam wujud seorang
laki-laki, lalu dia berbicara padaku dan aku paham apa yang diucapkannya.” (HR.
al-Bukhari 3043 dan Muslim 2333).
Ketiga, Jibril meniupkan wahyu ke dalam hati
Nabi Muhammad SAW. Melalui cara ini, Nabi Muhammad SAW tiba-tiba saja merasakan
wahyu sudah ada di dalam hatinya, tentunya setelah Jibril memasukkannya ke
dalam lubuknya. Di samping itu, wahyu diturunkan dengan cara Jibril menemui
Nabi Muhammad SAW dengan wujud aslinya, bukan menyamar menjadi seorang lelaki
atau sahabat Dihyah al-Kalbi.
Turunnya wahyu adalah peristiwa yang dahsyat.
Nabi Muhammad SAW mengalami ‘hal yang tidak biasa’ saat wahyu turun.
Sampai-sampai beliau menyatakan bahwa setiap kali menerima wahyu maka dirinya
selalu menyangka rohnya hendak dicabut. Lantas, bagaimana saja kondisi Nabi Muhammad
SAW ketika wahyu turun? Setidaknya, Nabi Muhammad SAW mengalami lima kondisi
saat menerima wahyu.
Pertama, wajahnya memerah. Saking dahsyatnya
turunnya wahyu, wajah Nabi Muhammad SAW sampai memerah.
Kedua, berkeringat. Seperti yang disinggung di atas, manakala wahyu turun dalam bentuk lonceng maka Nabi Muhammad SAW bercucuran keringat meski turunnya saat musim dingin.
Ketiga, sempoyongan. Turunnya wahyu juga membuat Nabi Muhammad SAW sempoyongan, meski kesadaran dan kestabilan beliau tidak sampai hilang.
Keempat, tubuh Nabi Muhammad SAW menjadi berat.
Kelima, Nabi Muhammad SAW seperti mendengar suara gerombolan lebah.
Kedua, berkeringat. Seperti yang disinggung di atas, manakala wahyu turun dalam bentuk lonceng maka Nabi Muhammad SAW bercucuran keringat meski turunnya saat musim dingin.
Ketiga, sempoyongan. Turunnya wahyu juga membuat Nabi Muhammad SAW sempoyongan, meski kesadaran dan kestabilan beliau tidak sampai hilang.
Keempat, tubuh Nabi Muhammad SAW menjadi berat.
Kelima, Nabi Muhammad SAW seperti mendengar suara gerombolan lebah.
Begitulah cara wahyu diturunkan dan kondisi
Nabi Muhammad saat menerimanya. Biasanya para sahabat mengerubungi Nabi
Muhammad saat beliau mendapatkan wahyu. Nabi Muhammad kemudian menyampaikan
wahyu yang baru saja diterimanya kepada mereka. Dan mereka kemudian
menghafalnya.
Artikel Terkait : AL QUR’AN AL KARIIM (bag. 1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar