Kamis, 21 November 2019

AL QUR’AN AL KARIIM (bag. 4)


Al-Muta’abbadu bitilawatih

Membaca Al-Qur’an itu bernilai ibadah dan mendatangkan begitu banyak kebaikan serta keutaman. Banyak sekali Ayat dan hadits yang mengungkapkan bahwa membaca Al-Qur’an adalah merupakan bentuk ibadah yang istimewa kepada Allah Ta’ala yang memiliki banyak keutamaan, diantaranya adalah :

1. Perdagangan Yang Tidak Pernah Merugi
الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ , لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Sesungguhnya orang  yang selalu membaca kitab Allah (Al Quran) dan juga mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang telah Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah dapat menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan juga menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30).

Asy Syaukani (w: 1281H) rahimahullah Beliau berkata,
أي: يستمرّون على تلاوته ، ويداومونها
“Maksudnya yaitu terus menerus membacanya dan menjadi kebiasaannya” (Lihat kitab Tafsir Fath Al Qadir).

Dari sisi manakah tidak meruginya perdagangan dengan cara membaca Al Quran? Satu huruf ketika membaca al quran diganjar dengan 1 kebaikan dan dilipatkan menjadi 10 kebaikan :
 عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ».
 “Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu Beliau berkata: “Nabi Muhammad Saw, Beliau bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan akan dilipatkan gandakan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan juga Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)
 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رضى الله عنه قَالَ : تَعَلَّمُوا هَذَا الْقُرْآنَ ، فَإِنَّكُمْ تُؤْجَرُونَ بِتِلاَوَتِهِ بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرَ حَسَنَاتٍ ، أَمَا إِنِّى لاَ أَقُولُ بِ الم وَلَكِنْ بِأَلِفٍ وَلاَمٍ وَمِيمٍ بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ.
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu Beliau berkata: “Pelajarilah Al Quran ini, karena sesungguhnya kalian diganjar dengan cara membacanya setiap hurufnya 10 kebaikan, aku tidak mengatakan itu untuk الم , akan tetapi untuk untuk Alif, Laam dan juga Miim, setiap hurufnya sepuluh kebaikan.” (Atsar riwayat Ad Darimy dan disebutkan di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 660).

Dari  hadits diatas telah dijelaskan dengan begitu  jelas, bahwa setiap muslim siapapun yang telah membaca Al Quran baik paham maupun tidak paham, maka dia akan mendapatkan ganjaran pahala sebagaimana yang dijanjikan.

Dan sesungguhnya kemuliaan oleh Allah SWT itu Maha Luas, meliputi seluruh makhluk, baik orang Arab atau ‘Ajam (yang bukan Arab), baik yang bisa bahasa Arab atau tidak.
Sebuah Kebaikan akan dapat menghapuskan kesalahan
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu dapat menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Hud: 114)

Setiap kali bertambah kuantitas bacaan seseorang, bertambah pula ganjaran pahala dari Allah SWT.
عنْ تَمِيمٍ الدَّارِىِّ رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِى لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ قُنُوتُ لَيْلَةٍ»
“Tamim Ad Dary radhiyalahu ‘anhu beliau berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.” (HR. Ahmad dan telah dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6468).

Membaca Al Quran Bagaimanapun Akan Mendatangkan Kebaikan
عَنْ عَائِشَةَ رضى الله عنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ »
“Seorang sahabat Rasulullah yaitu Aisyah Ra telah meriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Beliau bersabda: “Seorang yang lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang mulia dan juga senantiasa selalu taat kepada Allah, adapun yang membaca Al Quran dan terbata-bata di dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (HR. Muslim).

Membaca Al Quran Akan Mendatangkan Syafa’at
عَنْ أَبي أُمَامَةَ الْبَاهِلِىُّ رضى الله عنه قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ
“ Sahabat Rasulullah yaitu Abu Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu, Beliau berkata: “Aku telah mendengar Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah Al Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya” (HR. Muslim).

Sebaik-Baik Manusia Yang Mempelajari Dan Mengajarkan Al-Quran

Sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian yaitu siapa yang mempelajari Al-Quran dan mengamalkannya,” (HR. Bukhari).

Pahala Membaca Al-Quran

At-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُوْلُ الَم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلاَمٌ حَرْفٌ، وَمِيْمٌ حَرْفٌ.”
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur-an, maka baginya satu kebajikan, dan satu kebajikan tersebut dilipat-gandakan menjadi 10 kali lipatnya, aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi).

Wallohu a’lam bishowab….


Artikel Sebelumnya : AL QUR’AN AL KARIIM (bag. 3)



AL QUR’AN AL KARIIM (bag. 3)


Al-Manquulu bi-ttawaatir

Al-Qur’an ditulis dalam mushaf-mushaf dan disampaikan kepada kita secara mutawatir (diriwayatkan oleh banyak orang), sehingga terpelihara keasliannya. Berikut sekilas sejarah pemeliharaan Al-Qur’an sejak masa Nabi Muhammad hingga pembukuannya seperti sekarang:

Pada masa Nabi Muhammad Al-Qur’an dihafal dan ditulis di atas batu, kulit binatang, pelapah tamar dan apa saja yang bisa dipakai untuk ditulis. Kemudian setahun sekali Jibril melakukan repetisi (ulangan), yakni dengan menyuruh Nabi Muhammad memperdengarkan Al-Qur’an yang telah diterimanya. Menurut riwayat, di tahun beliau wafat, ulangan diadakan oleh Jibril dua kali. Ketika Nabi wafat, Al-Qur’an telah dihafal oleh ribuan manusia dan telah ditulis semua ayat-ayatnya dengan susunan menurut tertib urut yang ditunjukkan oleh Nabi sendiri.

Berdasarkan usulan Umar bin Khattab, pada masa pemerintahan Abu Bakar diadakan proyek pengumpulan Al-Qur’an. Hal ini dilatar belakangi oleh peristiwa gugurnya 70 orang penghafal Al-Qur’an dalam perang Yamamah. Maka ditugaskanlah Zaid bin Tsabit untuk melakukan pekerjaan tersebut. Ia kemudian mengumpulkan tulisan Al-Qur’an dari daun, pelapah kurma, batu, tanah keras, tulang unta atau kambing dan dari sahabat-sahabat yang hafal Al-Qur’an.

Dalam upaya pengumpulan Al-Qur’an ini, Zaid bin Tsabit bekerja sangat teliti. Sekalipun beliau hafal Al-Qur’an seluruhnya, tetapi masih memandang perlu mencocokkan hafalannya dengan hafalan atau catatan sahabat-sahabat yang lain dengan disaksikan dua orang saksi. Selanjutnya, Al-Qur’an ditulis oleh Zaid bin Tsabit dalam lembaran-lembaran yang diikatnya dengan benang, tersusun menurut urutan ayat-ayatnya sebagaimana yang telah ditetapkan Rasulullah .

Pada masa Utsman terjadi ikhtilaf tentang mushaf Al-Qur’an, yakni berkaitan dengan ejaan, qiraat dan tertib susunan surat-surat. Oleh karena itu atas usulan Huzaifah bin Yaman, Utsman bin Affan segera membentuk panitia khusus yang dipimpin Zaid bin Tsabit beranggotakan Abdullah bin Zubair, Saad bin Ash dan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam untuk melakukan penyeragaman dengan merujuk kepada lembaran-lembaran Al-Qur’an yang ditulis pada masa khalifah Abu Bakar yang disimpan oleh Hafsah, isteri Nabi . Al-Qur’an yang dibukukan oleh panitia ini kemudian dinamai “Al-Mushaf” dan dibuat lima rangkap. Satu buah disimpan di Madinah dinamai “Mushaf Al-Imam” dan sisanya dikirim ke Mekkah, Syiria, Basrah dan Kufah. Sementara itu lembaran-lembaran Al-Qur’an yang ditulis sebelum proyek ini segera dimusnahkan guna menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf, satu bacaan, dan satu tertib susunan surat-surat.

Mengutip hadis riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih :

Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan : Katakanlah segala yang baik tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-mushaf Al-Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu sangat baik'."

Bersambung ke AL QUR’AN AL KARIIM (bag. 4)




AL QUR’AN AL KARIIM (bag. 2)


Al-Munazzalu ‘ala qalbi Muhammad SAW

Al-Qur’an itu diturunkan khusus kepada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan kalam Allah Ta’ala yang diturunkan kepada nabi-nabi selain Nabi Muhammad SAW seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa atau Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa tidak bisa dinamakan dan disebut sebagai Al-Qur’an. Demikian pula hadits qudsi tidak bisa disamakan dengan Al-Qur’an.

Nabi Muhammad SAW pertama kali menerima wahyu ketika usianya 40 tahun. Saat itu, beliau yang sedang berkhalwat atau bertahannus di Gua Hira menerima wahyu yang pertama, yaitu Al-Qur’an Surat al-Alaq ayat 1-5. Peristiwa itu sekaligus menjadi ‘tanda’ bahwa beliau sudah diangkat menjadi Nabi dan Rasul Allah. Nabi Muhammad kemudian menerima wahyu dari Allah Ta’ala melalui malaikat Jibril secara bertahap selama 23 tahun setelahnya (masa kenabian), atau hingga beliau wafat. Tidak hanya ayat-ayat Al-Qur’an, wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad juga berupa hadits-hadits qudsi. 

Artikel Terkait : AL QUR’AN AL KARIIM (bag. 1)

Lantas, bagaimana proses wahyu dari Allah tersebut sampai kepada Nabi Muhammad? Apakah caranya sama atau berbeda-beda? Dan bagaimana kondisi Nabi Muhammad ketika memperoleh wahyu dari Allah?

Merujuk buku Syakhshiyah Ar-Rasul (Muhammad Rawwas Qal’ah Ji, 2008), ada beberapa cara wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad. :

Pertama, Jibril mendatangi langsung Nabi Muhammad dalam bentuk laki-laki. Suatu ketika Jibril menemui Nabi Muhammad dengan mengenakan pakaian serba putih dan berambut hitam. Tidak ada seorang sahabat Nabi pun yang mengenalinya. Jibril kemudian menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad dengan cara bercakap-cakap dengannya. Kadang kala, Jibril mendatangi Nabi Muhammad dengan menyerupai seorang sahabat yang bernama Dihyah al-Kalbi.

Kedua, wahyu turun kepada Nabi Muhammad seperti bunyi lonceng. Menurut Nabi Muhammad SAW, cara itulah yang paling berat. Karena ketika wahyu turun dalam bentuk lonceng, Nabi Muhammad bisa berkeringat meski pada saat turunnya wahyu tersebut sedang musim dingin. Beliau juga sampai sesak nafas ketika wahyu turun dalam bentuk lonceng.

Al-Harits bin Hisyam radhiallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Rasulullah Muhammad , “Wahai Rasulullah, bagaimana cara wahyu datang kepadamu?” Rasulullah menjawab,
أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ، وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ فَيُفْصَمُ عَنِّي وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ، وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِي الْمَلَكُ رَجُلاً فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ
“Terkadang wahyu itu datang kepadaku seperti suara lonceng. Inilah yang terberat bagiku. Dia memberitakan sesuatu dan aku memahami apa yang ia ucapkan. Dan terkadang malaikat datang dalam wujud seorang laki-laki, lalu dia berbicara padaku dan aku paham apa yang diucapkannya.” (HR. al-Bukhari 3043 dan Muslim 2333).

Ketiga, Jibril meniupkan wahyu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW. Melalui cara ini, Nabi Muhammad SAW tiba-tiba saja merasakan wahyu sudah ada di dalam hatinya, tentunya setelah Jibril memasukkannya ke dalam lubuknya. Di samping itu, wahyu diturunkan dengan cara Jibril menemui Nabi Muhammad SAW dengan wujud aslinya, bukan menyamar menjadi seorang lelaki atau sahabat Dihyah al-Kalbi.

Turunnya wahyu adalah peristiwa yang dahsyat. Nabi Muhammad SAW mengalami ‘hal yang tidak biasa’ saat wahyu turun. Sampai-sampai beliau menyatakan bahwa setiap kali menerima wahyu maka dirinya selalu menyangka rohnya hendak dicabut. Lantas, bagaimana saja kondisi Nabi Muhammad SAW ketika wahyu turun? Setidaknya, Nabi Muhammad SAW mengalami lima kondisi saat menerima wahyu.

Pertama, wajahnya memerah. Saking dahsyatnya turunnya wahyu, wajah Nabi Muhammad SAW sampai memerah.

Kedua, berkeringat. Seperti yang disinggung di atas, manakala wahyu turun dalam bentuk lonceng maka Nabi Muhammad SAW bercucuran keringat meski turunnya saat musim dingin.

Ketiga, sempoyongan. Turunnya wahyu juga membuat Nabi Muhammad SAW sempoyongan, meski kesadaran dan kestabilan beliau tidak sampai hilang.

Keempat, tubuh Nabi Muhammad SAW menjadi berat.

Kelima, Nabi Muhammad SAW seperti mendengar suara gerombolan lebah. 

Begitulah cara wahyu diturunkan dan kondisi Nabi Muhammad saat menerimanya. Biasanya para sahabat mengerubungi Nabi Muhammad saat beliau mendapatkan wahyu. Nabi Muhammad kemudian menyampaikan wahyu yang baru saja diterimanya kepada mereka. Dan mereka kemudian menghafalnya.


Bersambung ke AL QUR’AN AL KARIIM (bag. 3)

Artikel Terkait : AL QUR’AN AL KARIIM (bag. 1)





Rabu, 20 November 2019

POHON KURMA YANG BERPINDAH


Ada seorang sahabat bernama Abu Dujanah. Nama aslinya adalah Samak ibn Kharsyah. Ialah sang pemilik ikat kepala merah dan pemegang pedang Rasulullah SAW pada Perang Uhud. Setiap kali usai berjamaah shubuh, Abu Dujanah buru-buru keluar tidak mengikuti doa Rasulullah SAW.

Suatu hari Rasulullah SAW. menegurnya, “Apakah kau tidak butuh kepada Allah?” “Tentu saja, ya Rasulullah,” jawab Abu Dujanah. “Tetapi, mengapa kau tidak diam dulu sampai tuntas doaku?” Rasulullah SAW kembali bertanya. “Maafkan aku, wahai Rasulullah, aku ada keperluan.” “Apa keperluanmu?” Sejenak Abu Dujanah terdiam, lalu menuturkan, “Ya Rasulullah, rumahku berdekatan dengan rumah tetanggaku. Di rumahnya ada sebatang pohon kurma yang condong ke rumahku. Jika angin berembus di malam hari, buah kurma yang matang berjatuhan dihalaman rumahku. Bila anak-anakku bangun pagi dan merasa lapar, mereka akan makan apa yang mereka lihat di halaman rumah. Karena itulah, aku bergegas pulang sebelum mereka bangun untuk mengumpulkan kurma. Kurma itu dan memberikannya ke tetanggaku. Suatu hari, aku melihat seorang anakku memasukkan kurma ke mulutnya. Aku mengeluarkannya dengan jariku dan kukatakan kepadanya, ‘Hai Anakku, jangan membuka aib ayahmu kelak di akhirat!’ Ia menangis karena merasa sangat lapar. Aku berkata kepadanya, ‘Aku tidak akan membiarkan barang haram memasuki perutmu!’ Lalu, aku segera memberikan kurma-kurma itu kepada pemiliknya.

Mendengar penjelasannya, Rasulullah SAW tampak berlinang dan beliau bertanya tentang siapa pemiliknya. Abu Dujanah mengatakan bahwa kurma itu milik seorang munafik. Maka, Rasulullah SAW. Memanggil orang munafik itu dan berkata, “Juallah pohon kurma di rumahmu itu dengan sepuluh kurma di surga yang akarnya berupa intan berlian putih beserta bidadari sebanyak bilangan kurma yang matang.” Orang munafik itu menjawab, “Aku bukan pedagang. Aku mau menjual pohon kurma itu jika kau membayarnya dengan harga yang tinggi dan kontan.” Abu Bakar menawarnya, “Maukah pohon kurmamu itu ditukar dengan sepuluh pohon kurma di tempat lain?” Di antero Madinah tidak ada pohon kurma yang sebaik pohon kurma itu. Si pemilik mau menjualnya karena ditukar dengan sepuluh pohon kurma. Ia berkata, “Kalau begitu, baiklah, aku mau menukarnya.” Abu Bakar berkata lagi, “Ya, aku membelinya!” Lalu, pohon kurma itu diberikan kepada Abu Dujanah. Rasulullah SAW bersabda, “Aku akan menanggung penggantinya, hai Abu Bakar.” Tentu saja Abu Bakar dan Abu Dujanah merasa senang mendengar ucapan beliau.

Orang munafik itu pulang ke rumah dan berkata kepada istrinya, “Sungguh kita telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar hari ini!” Lalu ia menceritakan apa yang baru saja terjadi, “Aku mendapat sepuluh pohon kurma yang ditukar dengan satu pohon kurma di samping rumah ini untuk selama-lamanya. Kita masih bisa makan kurma yang jatuh dari pohon kurma itu dan aku tidak akan mengembalikan sedikit pun kepada pemiliknya.” Malam harinya, ketika Abu Dujanah tidur, dengan kuasa Allah, pohon kurma itu pindah ke samping rumah Abu Dujanah. Keesokan harinya, orang munafik itu terkesiap heran melihat pohon kurma itu tidak lagi ada di samping rumahnya. Inilah Mu’jizat Rasulullah SAW. Kekuasaan Allah lebih besar dari itu.

Sumber : Buku 115 kisah menakjubkan dalam Kehidupan Rasulallah SAW

Jumat, 15 November 2019

SEDIH ATAU BAHAGIA....?


Berikut ini akan saya sajikan untuk anda sebuah cerita Fiktif atau bisa juga disebut dongeng. Karena cerita ini saya dapatkan sewaktu saya masih kecil dan lagi demam dongeng baik itu dari televisi, radio, buku atau dari para orang tua atau teman yang memang tukang dongeng. Nenek saya pernah berkata dengan bahasa sunda nya "Jang,...ari dongeng teh artina ngabobodo budak cengeng"....Mungkin nenek saya berkata sepeti itu, karena pada saat itu kalau saya nangis baru bisa berhenti kalau sudah di dongengin....hehe jadi inget masa kecil. 

Nah....cerita dibawah ini sudah di kembangkan sedemikan rupa tanpa mengurangi tujuan cerita pada awalnya. Apabila terdapat kesamaan cerita, tempat, nama atau yang lainnya, mohon kiranya anda bisa mema'luminya karena tiada unsur kesengajaan. Semoga cerita singkat yang saya tulis ini bisa membuat anda lebih rilex dan tersenyum manis....hehe....Selamat menikmati....

Al Kisah :
Disebuah desa yang bernama Suka Nyohor, ada seorang aki-aki yang kaya raya dan hidup seorang diri dia bernama Aki Edun. Ki Edun berhasil mewujudkan cita-citanya menikahi seorang gadis yang muda belia dan cantik mempesona Neng Ami namanya. Sebagai wujud kebahagiaannya itu, si Aki merayakan pesta nya begitu meriah.....sampai 7 hari 7 malam. Segala jenis hiburan dari mulai panggung theater sampai topeng monyet menjadi suguhan menarik bagi para tamu undangan yang seolah tiada henti-hentinya berdatangan selama pesta berlangsung. Ma'lum Ki Edun yang kaya raya ini terkenal dermawan dan memiliki banyak teman. Selain itu, ini merupakan pesta pertama dan mungkin yang terakhir buat si Aki....... "Wajar donk kalo saya ngadain pesta yang...WAAH..." Katanya bangga.....

Setelah pesta pernikahan selesai dan tamu sudah tidak ada lagi yang datang, kini hanya tinggal Ki Edun dan Neng Ami yang sudah sah menjadi istrinya. Rasa lelah setelah menggelar pesta tidak lantas membuat Ki Edun lupa akan moment yang telah lama dinantinya ini. Dengan mata sendu (Seneng Duit) dan sayu (Sayang Uang), Ki Edun menarik mesra tangan istrinya Neng Ami menuju ke sebuah kamar yang telah disiapkan untuk pengantin. Sesampainya dikamar dan mengunci pintu, si Aki mengajak duduk istrinya diatas kasur empuk dengan sprei warna pink terbuat dari bahan mahal (g tau bahan apa....kaya a sih duit yg dirajut jd sprei...Orang kaya gitu lho.... hehe). Dengan senyum selalu terkembang, si Aki mendekatkan tubuhnya pada istrinya seraya berkata :

Si Aki : Neng......, ini punya siapa....? (Sambil membelai rambut istrinya)

Istrinya : Kalo dulu mah punya ema sama bapa a’aa......tapi sekarang udah jadi punya a'aa.....(Malu-malu)

Si Aki : Ha ha ha ha ha.....(Bahagia)

Truuz Si Aki nanya lagi :

Si Aki : Kalo yang ‘nni punya ciaappa yaa....(Sambil nyubit mesra pipi istrinya)

Istrinya : Kalo kemaren si masih punya ema sama bapa.....sekarang mah udah jadi milik a'aa....(Tersipu-sipu)

Si Aki : Hua ha ha ha....hua ha ha...(Makin lama dan kueceng)

Dengat penuh semangat Ki Edun nanya lagi :

Si Aki : Teyuus kalo yang iitchuu buat cciaapaaa...(Sambil nunjuk sesuatu dengan manja nya)

Istrinya : Kalo smuanya udah jadi milik a'a...ya buat a'aa lah......

Si Aki : Ha ha ha ha.....Hua ha ha ha....Hua ha ha ha ha Hu okho okho okho okhek hek okh...hek.....(Terkapar dengan mata melotot mulut menganga)

Istrinya : a’ a’aaa (kaget)a a'aaa(Sambil menggoyang-goyang tubuh Si Aki) a'aa......(makin cemas dn menempelkan jari kehidung si aki) a'aaaaaaaaaaaa.......(berteriak hysteris) suamiku hu hu hu hu eeung eeung hu hu hu a'aaaa hu hu hu hek hek hu hu hek hek hi hi ha ha ha ha....akhirnya ha ha(dari menangis tersedu-sendu menjadi tawa penuh kemenangan)

Apa sebenarnya yang terjadi............???????? Ada apa dengan Ki Edun...........???????
Rupanya Si Aki tewas karena terlalu banyak tertawa (OD) saking bahagianya. Lalu kenapa dengan Neng Ami seorang gadis cantik mempesona dan masih muda belia yang sudah sah menjadi istri Aki Edun tapi belum tersentuh itu......?? Awalnya dia kaget, sedih dan menjerit kehilangan hingga menangis tersedu-sedu.........tetapi kemudian terawa riang gembira......

Anda Mungkin punya jawaban sebagai kelanjutan dari kisah ini....................??///

Bekasi, 03 Mei 2010
Jaka Suganda 

Kamis, 14 November 2019

Kitab Tuhfatul Athfal (Bab Nun Sakinah dan Tanwin)



اَحْـكَامُ الـنُّـــوْنِ السَّـــاكِــنَــةِ وَالــتَّــــنْـــوِيْـنِ
HUKUM-HUKUM NUN MATI DAN TANWIN

لِـلــنُّــــوْنِ إِنْ تَــسْـكُـــــنْ وَلِـلــتَّـــنْــــوِيْـــنِ۞ اَرْبَـــعُ اَحْــــــكَــامٍ فَــــــخُــــــــدْ تَــــبْــيِــيْـــنِ
Bagi nun mati dan tanwin (ketika bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah) ada empat hukum bacaan, maka ambillah keteranganku.
فَالْاَوَّلُ اْلاِظْهَارُ قَــبْــلَ الْأَحْـــرُفِ۞ لِلْحَلْــقِ سِتٍّ رُتِّــــبَتْ فَـلْـــتَـــعْـــرِفِ
Pertama: adalah bacaan idzhar, yaitu apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf halqi yang enam, yang akan disebutkan secara bururut.
هَــمْــزٌ فَهَــاءٌ ثُــمَّ عَــيْنٌحَـــــاءُ۞مُــهْمَــلَـــتَــيْنِ ثُــمَّ غَــــــيْنٌ خَــــاءُ
Huruf-huruf halqi yaitu: hamzah ( ء ), ha’( هـــ ), `ain ( ع ),ha’ ( ح ), ghin ( غ ) dan kho’ (خ).

Contoh bacaan idzhar halqi:
نون ماتى دان تنوين برتمو همزة )اَنْ اَلْـقِ عَصَاكَ : عَــيْنٍ اٰنِــيَــةٍ(
نون ماتى دان تنوين برتمو هاء )مِـنْ هٰــؤُلَاۤءِ : كُلُّ شَيْــئٍ هَالِكٌ(
نون ماتى دان تنوين برتمو عين )مِــنْ عَــيْنٍ : سَـمِــيْــعٌ عَـلِــيْــمٌ(
نون ماتى دان تنوين برتمو حاء )وَانْـحَـــرْ : عَـلِــيْمٌ حَكِــيْمٌ(
نون ماتى دان تنوين برتمو غين )مِنْ غَيْرِ سُوْءٍ : عَلِـــيْمٌ غَـفُـوْرٌ(
نون ماتى دان تنوين برتمو خاء )مِنْ خَـــيْرٍ : عَلِـــيْمٌ خَـبِــيْرٌ(
KETERANGAN:
Idzhar : alah membaca huruf dengan jelas serta tidak campur dengan berdengung (غـــنّــــة) atau tasydid.

huruf Halqi :  ialah huruf yang suaranya keluar dari tenggorokan.

وَالـثَّــانـِـــيْ إِدْغَــــــامٌ بِــسِّــتَـــــــةٍ اَتَـــتْ ۞فِيْ يَــرْمِلُــوْنَ عِــنْــدَهُــمْ قَــدْ ثَــبَــتَـتْ
Kedua: adalah bacaan idgham, yaitu apabila ada num mati atau tanwin bertemu dengan huruf idgham yang enam yang terkumpul dalam lafadz(يَــرْمِلُـــوْنَ ),yaitu: ya’ (ي),Ra’( ر ), mim ( م ), lam ( ل ), wau ( و ) dan nun( ن ).
لَكِـــنَّهَا قِـسْــمَانِ قِــسْــمٌ يُــدْغَـمَا۞فِـــــيْـــهِ بِــغُــــــنَّــــةٍ بِــيَـــنْـمُـــوْ عُــلِـــمَــا
Idgham dibagi dua, yang pertama ialah idgham bighunnah, Yaitu ketika nun mati (sukun) atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf ya’ ( ي ), nun ( ن ), mim ( م ) dan waw(و).

KETERANGAN:
• Idgham, ialah memasukkan bunyi suatu huruf pada huruf yang setelahnya.
• Bighunnah, ialah membaca suatu huruf dengan disertai berdengung.
• Bighairi ghunnah, ialah membaca suatu huruf dengan tidak disertai berdengung.

Contoh bacaan idgham bighunnah :
نون ماتى دان تنوين برتمو ياء )مَنْ يَّـــعْــمَـــلْ : وُجُــوْهٌ يَّوْمَــئِــذٍ(
نون ماتى دان تنوين برتمو نون )مِنْ نِـعْـمَــةٍ : يَـوْمَـئِــذٍ نَـاضِــرَةٌ(
نون ماتى دان تنوين برتمو ميم )كَمَنْ مَــتَّعْــنٰــهُ : سِحْــرٌ مُسْــتَـمِــرٌّ(
نون ماتى دان تنوين برتمو واو )مِنْ وَّالٍ : خَــيْــرٌ وَّاَبْــقَى(

إِلَّا إِذَاكَــانَــــا بِــكِـــلْــمَـــــةٍ فَـــــــــــلَا۞تُــدْغِــمْ كَدُنْــيًــا ثُــمَّ صِــنْـــوَانٍ تَـــلَا
Kecuali Apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf yang empat di atas dan berkumpul dalam satu kalimat, maka tidak dibaca idgham bighunnah akan tetapi dibaca idzhar mutlak.
Contoh :
نون ماتى برتمو واو دالم ساتو كلمة )صِـــنْــوَانٌ : قِــنْــوَانٌ(
نون ماتى برتمو ياء دالم ساتو كلمة )دُنْــيَــا : بُــنْــيَــانٌ(

وَالــثَّـــانِــيْ إِدْغَـامٌ بِــغَــيْرِ غُــــنَّــــــةْ۞فـِـــى الـلَّامِ وَالــرَّا ثُـــمَّ كَــــــرِّرَنَّــــهْ
Kedua: ialah idghambilaghunnah, yaitu ketika nun mati (sukun) atau tanwin bertemu dengan huruf lam (ل) atau Ra’(ر).

Contoh bacaan idgham bilaghunnah:
نون ماتى دان تنوين برتمو لام )اَوَلَمْ نُــمَكِّنْ لَـهُمْ : وَيْــلٌ لِّــلْمُطَــفِّــفِيْنَ(
نون ماتى دان تنوين برتمو راء )مِنْ رَّبَّـــهِمْ : غَــفُــوْرٌ رَّحِـيْــمٌ(

وَالــثَّـــالِثُ الْإِقْـــلَابُ عِــنْـــدَالْــبَــاءِ۞مِــيْــمًـــــا بِــغُـــــنَّـــــــةٍ مَـــعَ الْإِخْــــفَـــــاءِ
ketiga: adalah iqlab, yaitu ketika nun mati (sukun) atau tanwin bertemu dengan ba’ (ب). Cara bacanya ialah bunyi nun mati diganti dengan suara mim mati disertai ghunnah dan ikhfa’ (samar).

Contoh bacaan iqlab:
نون ماتى دان تنوين برتمو باء )مِنْ بَعْــدِهِــمْ : عَلِــيْمٌ بِـــهِمْ(
نون ماتى دان تنوين برتمو باء لَـئِـنْ )بَـسَــطْـتَ : مَكَانٍ بَــعِــيْــدٍ(

وَالـرَّابِــــــعُ اْلإِخْــفَاءُ عِــنْــدَالْــفَـاضِــــــلِ۞مِـنَ الْـحُـــــرُوْفِ وَاجِــــــبٌ لِــلْــفَـاضِــلِ
فِــيْ خَـمْسَـــةٍ مِنْ بَـعْـدِ عَـشْـرٍ رَمْــزُهَــا۞فِــيْ كِــلْمِ هٰذَا الْــبَــيْتِ قَدْضَمَّـنْـــتُــهَـــا
Keempat: ialah bacaan ikhfa’ (menyamarkan bunyi nun mati), yaitu ketika nun mati atau tanwin bertemu dengan sisa dari huruf-huruf yang telahtersebut di atas, yaitu ada 15, terdapat pada tiap-tiap awal kalimat dari syi`ir di bawah ini.
صِفْ ذَا ثَــنَاكَمْ جَادَ شَخْصٌ قَدْسَـمَا۞دُمْطَــيِّــبًازِدْ فِـــيْ تُـــقًــى ضَعْ ظَالِمَا
Berkatalah baik tentang orang ini, banyak orang dermawan yang menjadi luhur, selalulah menjadi orang baik, tingkatkanlah ketaqwaanmu dan tolonglah orang yang dzalim (dengan mencegahnya dari mendzalimi).

Yaitu: shod (ص), dzal (ذ), tsa’ (ث), kaf (ك), jim (ج), syin (ش), qaf(ق), sin ( س ), dal (د),tha’(ط), za’ (ز), fa’ (ف), ta’ (ت),dlod (ض) dan dzo’(ظ).

Contoh bacaan ikhfa’ :
نون ماتى دان تنوين برتمو صاد )مِنْ صَـيَـاصِـيْــهِمْ: صَـفًّاصَـفًّا(
نون ماتى دان تنوين برتمو ذال )عَنْ ذُنُــوْبِـهِمْ : عَــزِيْــزٌ ذُو انْــتِــقَــامٍ(
نون ماتى دان تنوين برتمو ثاء )فَمَنْ ثَقُلَتْ : يَــوْمًــا ثَــقِــيْـــلًا(
نون ماتى دان تنوين برتمو كاف )مِـنْــكُـمْ : قُـــــرْاۤنٌ كَـــرِيـْــمٌ(
نون ماتى دان تنوين برتمو جيم )مَنْ جَـاۤءَ : عَــيْنٌ جَــارِيَـــةٌ(
نون ماتى دان تنوين برتمو شين )فَـمَـنْ شَهِــدَ :سَـبْعًـا شِـدَادًا(
نون ماتى دان تنوين برتمو قاف )مِنْ قَـــوْمٍ : سَـــلَامٌ قَــــوْلًا(
نون ماتى دان تنوين برتمو سين )مِنْ سِجِّــيْــلٍ : سَلَامًا سَلَامًا(
نون ماتى دان تنوين برتمو دال )مِنْ دُوْنِــــهِ : اَجْــرٌ كَــرِيْـــمٌ(
نون ماتى دان تنوين برتمو طاء )فَـاَمَّا مَنْ طَـغَى : حَــلَالًا طَـــيِّـــبًــا(
نون ماتى دان تنوين برتمو زاء )مُــنْــزِلُــوْنَ : يَوْمَــئِــذٍ زُرْقَــا(
نون ماتى دان تنوين برتمو عين )يَــنْــفَـعُــهُمْ : مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٌ(
نون ماتى دان تنوين برتمو تاء )مَنْ تَكُــوْنُ : عَــمَــدٍ تَــرَوْنَــهَــا(
نون ماتى دان تنوين برتمو ضاد )مِنْ ضَرِيْـــعٍ : قَوْمًا ضَاۤلِّــيْنَ(
نون ماتى دان تنوين برتمو ظاء )يَــنْــظُــرُوْنَ : ظِــلًّا ظَــلِــيْــلًا(
CATATAN:  ikhfa’ artinya samar. Praktiknya pada contoh-contoh di atas ialah  bunyi nun mati dan tanwin dibaca samar-samar, yaitu antara  idgham dan idzhar disertai mendengung.

Artikel Sebelumnya : Kitab Tuhfatul Athfal (Bab Muqaddimah)