Selasa, 11 Februari 2020

GHIBAH TANGAN DI MEDSOS


اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ . فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma’asyiral hadirin, jama’ah Jum’at Rohimakumulloh,

Mari kita panjatkan segala puja dan puji serta syukur kita kepada Allah yang maha ghofur atas limpahan rohmat karunia dan ni’mat nya kepada kita semua, ni’mat iman dan islam, ni’mat sehat dan kesempatan sehingga Alhamdulillah, saat ini kita bisa hadir di masjid yang mulia ini untuk melaksanakan ibadah sholat Jum’at.

Sholawat dan salam semoga disampaikan selalu kepada Nabi agung pemimpin sekalian para nabi dan rosul dialah Habibanaa wa nabiyyanaa Muhammad Shollallohu alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau, para sahabat, para tabi’in, pengikut tabi’iin mudah mudahan termasuk kita didalamnya, dicatat sebagai umat baginda Nabi Muhammad SAW. Aamin yaa robbal Aalamiin.

Selanjutnya alfaqir menghimbau khusus nya untuk diri sendiri, marilah kita senantiasa meningkatkan taqwa kita kepada Allah Ta’ala, taqwa dengan sebenar-benarnya taqwa yaitu dengan berusaha terus menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena dengan jalan taqwa inilah kita akan mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan di dalam dunia hingga akhirat kelak. . Aamin yaa robbal Aalamiin.

hadirin, jama’ah Ju’mat yang di rohmati Allah..

Di sadari atau tidak saat ini kita tengah berada diera informasi digital yang tanpa sekat ruang dan waktu. Satu masa dimana manusia dapat mendapatkan sebuah informasi dari suatu kejadian di belahan bumi yang jauh sekalipun, tanpa harus menunggu lama. Hal ini dapat terjadi dengan mudah setelah berkembangnya teknologi informasi dan media sosial (medsos) di tangan mayoritas masyarakat dunia. Kita memang patut bersyukur karena dengan teknologi informasi dan media sosial ini, mencari informasi keilmuan terbuka luas, komunikasi bisnis sangat terbantu, menjadi media silaturrahmi, bahkan ada yang menjadi kaya dengan memanfaatkan hadirnya teknologi informasi dan media sosial ini.

Di sisi lain lewat medsos pula, orang bisa menjadi mudah melanggar norma-norma agama maupun tatanan sosial masyarakat. Melalui medsos sekarang bisa curhat, bisa juga menggunjing orang, memfitnah dan menebar ujaran kebencian dan berita bohong, semuanya bisa dilakukakan hanya dengan apa yang ada dalam genggaman tangan, melalui tulisan, gambar, atau video yang bisa diproduksi dalam hitungan menit. Dalam waktu sebentar saja konten itu lalu menyebar ke mana-mana. Jutaan orang bisa mengakses dan hebatnya lagi, gunjingan di media sosial tidak akan pernah hilang sebelum dihapus.  

Menceritakan keburukan orang lain, dalam agama Islam dikenal dengan istilah ghîbah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra diceritakan, suatu ketika Rasulullah pernah bertanya kepada para sahabat :
  أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟  
“Apakah kalian tahu apa itu ghibah?”  

Para sahabat menjawab :
  اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ  
 “Allah dan Rasulnya yang lebih tahu”  

Kemudian Nabi menjawab :  
 ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ    
”Ghibah adalah ketika kamu mengisahkan teman kamu tentang suatu yang tidak ia sukai”

Lalu ada yang tanya kepada Nabi:  
أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟  
 “Bagaimana kalau yang saya katakan itu memang sesuai faktanya, Ya Rasul?”  

 إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ، فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّ  
“Ya kalau memang yang kamu katakan itu fatka, berarti kamu menggujingnya. Namun jika yang kamu bicarakan tidak sesuai fakta, maka kamu membuat kedustaan terhadap dirinya” (HR Muslim).
 
Jama’ah Jum’at Rohimakumulloh,

Dalam pergaulan kekeluargaan dan masyarakat, besar kemungkinan kita akan menemukan kekurangan-kekurangan orang-orang di sekitar kita. Dan itu wajar, karena di sekeliling kita adalah manusia. Tak ada manusia tanpa kekurangan di dunia ini. Jika harus menuntut adanya manusia suci tanpa salah, seharusnya tuntutan tersebut terlebih dahulu untuk diri kita sendiri ketimbang orang lain.

Melalui fasilitas seperti WA, Facebook, Instagram, Twitter, Youtube dan lain sebagainya. Peluang untuk mengungkapkan isi hati atau menceritakan kekurangan orang lain menganga besar.   Pergunjingan kini tak hanya berupa pembicaraan secara lisan melainkan pula bisa berupa tulisan atau konten lainnya.

Selama sarana tersebut efektif untuk menyampaikan keburukan, selama itu pula dosa mengalir. Artinya, dosa ghibah bukan hanya bersumber dari lidah tapi juga bisa dari tangan kita tangan.

Syekh Muhammad bin Salim Ba-Bashil dalam kitab Is’adur Rafiq juz 2, hal. 105 menyatakan :
  وَمِنْهَا كِتَابَةُ مَا يَحْرُمُ النُّطْقُ بِهِ  
Artinya: “Di antara maksiat tangan adalah menuliskan satu hal yang haram diucapkan” (Syekh Muhammad bin Salim Ba-Bashil, Is’adur Rafiq, juz 2, hal. 105).
 
Lebih jauh beliau melanjutkan bahwa menggunjing dan jenis dosa menulis yang lain justru dosanya lebih besar dan lebih langgeng. Sebab apa? Karena potensi jangkauan maksiat tersebut lebih luas, dan tidak akan bisa hilang dalam sekejap. Berbeda dengan ucapan, sekali disampaikan, langsung tidak ada bekasnya. Walaupun kebencian yang ditebar juga tetap berbahaya.  

Oleh karena itu, baik melalui chat, telepon, video, sepanjang ada unsur menggunjingnya, hukumnya adalah haram. Keharaman ini berlaku baik menggunjing sesama Muslim atau pun menggunjing non-Muslim yang mereka tidak menyakiti kita.  

Dalam kitab Az-Zawajir, Ibnu Hajar al-Haitami menceritakan bahwa Imam al-Ghazali pernah ditanya tentang hukum menggunjing non-Muslim. Kemudian Imam al-Ghazali menjawab :  
 هِيَ فِي حَقِّ الْمُسْلِمِ مَحْذُورَةٌ لِثَلَاثِ عِلَلٍ:  
“Bagi seorang Muslim menggunjing orang kafir dilarang karena tiga alasan.”  

 الْإِيذَاءُ  
Pertama yaitu “menyakiti hatinya”
Menyakiti hati orang lain, selama dia tidak menyakiti kita, baik itu Muslim atau non-Muslim, tidak dibenarkan.  

 وَتَنْقِيصُ خَلْقِ اللَّهِ، فَإِنَّ اللَّهَ خَالِقٌ لِأَفْعَالِ الْعِبَادِ  
Kedua, “menganggap kurang ciptaan Allah”
Padahal Allah-lah yang menciptakan semua gerak-gerik hamba-hamba-Nya. (Menjelek-jelekkan non-Muslim di luar urusan keyakinannya, sama juga menganggap ada yang kurang sempurna pada ciptaan Allah).

 وَتَضْيِيعُ الْوَقْتِ بِمَا لَا يُعْنِي  
Ketiga, “boros waktu untuk hal-hal yang tidak berguna” 

Lebih lanjut, Imam Ghazali juga menyatakan :  
 وَأَمَّا الذِّمِّيُّ فَكَالْمُسْلِمِ فِيمَا يَرْجِعُ إلَى الْمَنْعِ مِنْ الْإِيذَاءِ،؛ لِأَنَّ الشَّرْعَ عَصَمَ عِرْضَهُ وَدَمَهُ وَمَالَهُ 
“Kafir dzimmi (non-Muslim yang tidak memerangi orang Muslim) hukumnya berlaku sebagaimana orang Islam dalam hal masing-masing tidak boleh disakiti. Sesungguhnya syara’ melindungi kehormatan, darah dan hartanya.” (Ibnu Hajar al-Haitami, Az-Zawâjir, [Dârul Fikr, Beirut, 1987], juz 2, halaman 27).
 
Jama’ah Jum’at Rohimakumulloh,

Dalam bermedsos, di antara kita banyak pula yang menjadi silent reader atau pembaca pasif. Tidak pernah menuliskan status di Facebook, tidak pernah berkomentar di WA Group, namun aktif membaca ke sana kemari. Menjadi silent reader pun tak lantas terbebas dari jeratan ghibah.   Sebagai silent reader, kita juga harus berhati-hati dalam memilih berteman, mem-follow atau men-subscribe siapa? Karena apabila kita salah memilih teman, berada pada grup yang keliru, men-subscribe orang-orang yang gemar menggunjing pihak lain, maka kita akan dengan mudah menjadi otomatis membaca berita gunjingan mereka.  

Imam Nawawi dalam kitabnya Hilyatul Anwar wa Syi’arul Abrar mengatakan :
  اِعْلَمْ أَنَّ الْغِيْبَةَ كَمَا يَحْرُمُ عَلَى الْمُغْتَابِ ذِكْرُهَا، يَحْرُمُ عَلَى السَّامِعِ اِسْتِمَاعُهَا وَإِقْرَارُهَا
“Menyimak sebuah gunjingan dan membiarkannya itu sama haramnya dengan menggunjing itu sendiri”

Bagi penyimak jika mempunyai kemampuan harus mencegah, memberikan nasihat kepada pembuat konten. Minimal, jika tidak mampu manangkal, hatinya harus inkar dan meninggalkan majelis tersebut.

Dalam konteks medsos, apabila ada postingan yang arahnya membicarakan keburukan orang lain, segera pindah ke konten lain yang lebih bermanfaat. Jangan justru gunjingan tersebut dibaca sampai selesai.  

Allah berfirman dalam Al-Qur’an :  
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ  
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS Al-Hujurat: 12).  

Dalam sebuah hadits, Nabi bersabda :  
 يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ، وَلَمْ يَدْخُلِ الْإِيمَانُ قَلْبَهُ، لَا تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ، وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعُ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ  
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya akan tetapi iman belum masuk kedalam hatinya, janganlah kalian mengghibahi kaum muslimin, dan janganlah pula mencai-cari aib mereka, sesungguhnya barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim maka Allah akan mencari-cari kesalahannya, dan barangsiapa yang Allah mencari-cari kesalahannya maka Allah akan mempermalukannya meskipun ia berada di dalam rumahnya". (HR Abu Dawud) .

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣) ـ   وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ ـ  

Jaka Suganda
Selasa, 11 Februari 2020

di gubah dari : https://islam.nu.or.id


Senin, 03 Februari 2020

Kitab Tuhfatul Athfal (Bab Hukum Lam Ta`Rif Dan Lam Fi`il)



حُـــكْــمُ لَامِ اَلْ وَلَامِ الْــفِــعْــــــــلِ
HUKUM LAM TA`RIF DAN LAM FI`IL

Al ta`rif (اَلْ ) adalah Al yang masuk pada isim selain isim isyaroh dan isim `alam.

لِلَامِ اَلْحَــالَانِ قَــبْــلَ الْأَحْــرُفِ۞أُوْلَاهُــمَـــاإِظْــهَـــارُهَــــا فَــلْـــتَـــعْــــــــرِفِ
Bagi Lam Al (Lam ta’rif/ Alif Lam) terdapat dua hukum ketika berada sebelum huruf hijaiyyah. Hukum yang pertama adalah izhhar, yakni membaca huruf Lam sukun dengan jelas, maka ketahuilah.

قَبْلَ اَرْبَعٍ مَعْ عَشْـــرَةٍ خُدْعِلْمَــهْ۞مِنْ اَبْــغِ حَجَّــــكَ وَخَفْ عَــقِـيْمَــهْ
Pertama: adalah dibaca idzhăr, yaitu ketika AL (اَلْ) bertemu dengan huruf hijaiyah yang 14 yang terkumpul dalam syi`ir  ابـغ حـجـك وخـف عـقــيـمـه,  yaitu:
 alif (ا ), ba’ (ب), ghin ( غ ),ha’ ( ح ), jim ( ج ), kaf ( ك ), wawu ( و ), kha’(خ), fa’ ( ف ), `ain ( ع ),qaf( ق ), ya’ ( ي ), mim ( م ) dan ha’  (هـ).

Contoh bacaan idzhar :
)اَلْاَحَــــدُ : اَلْــبَـــاسِــطُ( اظهار ال برتمو حاء دان باء
)اَلْغَــفُــــوْرُ : اَلْـحَـكِـــيْـمُ( اظهار ال برتمو غين دان حاء
)اَلْـجَـــلِــيْــلُ : اَلْكَــبِــيْرُ( اظهار ال برتمو جيم دان كاف
)اَلْـوَهَّـــابُ : اَلْـخَـسِــيْرُ( اظهار ال برتمو واو دان خاء
)اَلْـفُــلْكُ : اَلْـعَــظِـــيْـمُ( اظهار ال برتمو فاء دان عين
)اَلْــقَــــدِيْرُ : اَلْــيَــسِـــيْرُ( اظهار ال برتمو قاف دان ياء
)اَلْمُـعِــــيْـــدُ : اَلْـهَـــــادِيْ( اظهار ال برتمو ميم دان هاء

ثَـــانِـــيْــهِمَــا اِدْغَــــــامُــهَـــا فِـــيْ اَرْبَــــــعِ۞وَعَشْــرَةٍ أَيْـضًــا وَرَمْـــزَهَـافَــــعِ
Kedua : dibaca idghăm, yaitu ketika AL(اَلْ)bertemu dengan 14 huruf yang menjadi huruf awal pada tiap-tiap kalimat syi`ir di bawah ini.

طِبْ ثُمَّ صِلْ رَحْـمًا تَفُزْ ضِفْ ذَانِـعَمْ۞دَعْسُـــوْءَ ظَـــنٍّ زُرْشَــرِيْفًـا لِـلْـكَــــرَمْ
Artinya: puaslah kamu, sambunglah familimu maka kamu akan beruntung, suguhilah orang ini dengan kenikmatan-kenikmatan, tinggalkan prasangka buruk dan kunjungilah orang mulia karena kemuliaannya.

Yaitu: tha’ (ط), tsă’(ث), shăd(ص),Ră’(ر), tă’ (ت), dlăd (ض), dzăl (ذ), nun(ن), dăl (د), sin ( س ),zhă’(ظ), ză’ (ز), syĩn (ش) dan lăm(ل).

Contoh:
ال برتمو طاء دان ثاء ادغـام )اَلطَّاهِــرُ : اَلــثَّــوَابُ(
ال برتمو صاد دان راء ادغـام )اَلصَّـبُــوْرُ : اَلـــرَّؤُوْفُ(
ال برتمو تاء دان ضاد ادغـام )اَلـتَّــائِـــبُـوْنَ : اَلضَّــرُّ(
ال برتمو ذال دان نون ادغـام )وَالذَّارِيَــاتِ : اَلـنَّـافِـــعُ(
ال برتمو دال دان سين ادغام )اَلـدَّهْــرُ : اَلسَّامِــعُ(
ال برتمو ظاء دان زاء ادغام )اَلظَّاهِـــرُ : اَلــزَّائِـــرُ(
ال برتمو شين دان لام ادغام )اَلشَّكُـــوْرُ : اَلـلَّـطِــيْــفُ(

وَاللَّامَ اْلاُوْلَى سَـمِّهَاقَمَرِيَّــــهْ۞وَاللَّامَ الْأُخْرَى سَـمِّهَا شَـمْــسِـيَّــــهْ
AL( اَلْ)bagian yang pertama dinamakan Al-Qomariyah (jelas), dan AL( اَلْ) bagian yang kedua dinamakan Al-Syamsiyah (tidak jelas).

وَأَظْـهِــــرَنَّ لَامَ فِــعْـــلٍ مُطْــلَــقَـــا۞فِى نَحْــوِ قُــلْ نَعَمْ وَقُــلْـــنَــا وَالْـــتَــقَى
Dan bacalah dengan izh-har seluruh Lam fi’il (Lam sukun yang ada pada kata kerja)
adalah mutlak, misalnya dalam contoh kata: قُــلْ نَعَمْ, kata قُــلْـــنَــا dan الْـــتَــقَى

Contoh bacaan idzhar:

لام ماتى دى فعل ماضى اظهار فعلى )فَلْـــــتَــقَطَــهُ(
لام ماتى دى فعل مضارع اظهار فعلى )يَــلْــــتَــقِــطْــهُ(
لام ماتى دى فعل امر اظهار فعلى )سَــلْ بَــنِـــيْ(

Akan tetapi apabila lam fi`il yang mati tersebut bertemu dengan huruf lam (ل)atau Ra’ ( ر ) maka harus dibaca idghăm.

Contoh:

لام فعل ماتى برتمو راء )قُــرَّبِّــيَ الـلّٰـهُ( ادغام )قُـلْ رَبِّــيَ الـلّٰـهُ(
لام فعل ماتى برتمو لام )قُــلَّــهُــمْ( ادغام )قُـلْ لَـهُمْ مِــيْــعَـــادٌ(

Artikel Sebelumnya : Kitab Tuhfatul Athfal (Hukum Nun Dan Mim Bertasydid)

Baca dari pertama : Kitab Tuhfatul Athfal Fi Tajwidil Qur’an