Kamis, 30 Januari 2020

FATHUL QORIB (Bab Dibagh Menyamak Kulit)



(فَصْل( فِي ذكر شيء من الأعيان المتنجسة وما يطهر مِنْهَا بالدباغ وما لَا يطهر
(Fasal) menjelaskan tentang barang-barang najis, barang-barang najis yang bisa suci dengan cara di-samak dan yang tidak bisa suci (dengan cara di-samak).
(وجلود الميتة) كلها: (تطهُر بالدباغ)، سواء فِي ذلك: ميتة مأكول اللحم وغيره.
(Kulit bangkai) semuanya (bisa suci dengan cara di-samak). Dalam hal itu baik bangkai binatang yang halal dimakan dan yang tidak halal dimakan.

Tata Cara Menyamak
وكيفية الدبغ: أن ينزع فضول الجلد مما يُعَفِّنه من دَم ونحوه، بشيء حِرِّيف؛ كعفص، وَلَوْ كَانَ الحريف نجسًا؛ كذرق حمام؛ كفى فِي الدبغ.
Tata cara menyamak adalah menghilangkan fudlulul (hal-hal yang melekat) kulit yang bisa membuat busuk yaitu berupa darah dan sesamanya, dengan menggunakan barang yang asam / pahit seperti tanaman afshin [1]. Jika barang pahit yang digunakan itu najis seperti kotoran burung dara, maka sudah dianggap cukup dalam penyamakan.
(إلا جلدَ الكلب والخنزير وما تولد مِنْهُمَا أَوْ من أحدهما) مع حيوان طاهر، فَلَا يطهر بالدباغ.
(Kecuali kulit bangkai anjing, babi, keturunan keduanya, atau keturunan salah satu dari keduanya) hasil perkawinan dengan binatang yang suci. Maka kulit binatang-binatang ini tidak bisa suci dengan cara di-samak.
(وعظمُ الميتةِ وشعرُها: نجسٌ) وَكَذَا الميتة أَيضًا: نجسة.
(Tulang dan bulunya bangkai hukumnya adalah najis). Begitu juga bangkainya itu sendiri hukumnya juga najis.
وَأُرِيدَ بِهَا: الزائلة الحياة بغير ذكاة شرعية؛
Yang dikehendaki dengan bangkai adalah binatang yang mati sebab selain sembelihan secara syar’i.
 فَلَا يستثنى حينئذ: جنين المُذَكَّاة؛ إذا خرج من بطن أمه ميتًا؛ لأن ذكاته فِي ذكاة أمه؛ وَكَذَا غيره: من المستثنيات المذكورة فِي المَبْسُوطَاتِ.
Kalau demikian, maka tidak perlu dikecualikan janinnya binatang yang disembelih (secara syar’i) yang keluar dari perut induknya dalam keadaan mati. Begitu juga bentuk-bentuk pengecualian lain yang dijelaskan di dalam kitab-kitab yang luas keterangannya.
ثم استثنى من شعر الميتة: قوله: (إلا الآدمي)؛ أَي: فإن شعره طاهر؛ كمَيتَتِه.
Kemudian mushannaif mengecuali-kan dari bulu bangkai yaitu ungkapan beliau yang berbunyi, (kecuali anak Adam).‛ Maksudnya, maka sesungguhnya rambut dan bulu anak Adam hukumnya suci.

[1] Sejenis tanaman yang berbau wangi dan rasanya pahit.


Pasal Sebelumnya : FATHUL QORIB (Pembagian Air)

Baca Dari Awal : NGAJI KITAB FATHUL QORIB


Jumat, 24 Januari 2020

RIDHO AKAN KETETAPAN ALLAH ADALAH CIRI ORANG YANG BERTAQWA



الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ التّقْوَى خَيْرَ الزَّادِ وَاللِّبَاسِ وَأَمَرَنَا أَنْ تَزَوَّدَ بِهَا لِيوْم الحِسَاب اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ رَبُّ النَّاسِ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَوْصُوْفُ بِأَكْمَلِ صِفَاتِ الأَشْخَاصِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وسَلّمْ تَسليمًا كَثِيرًا ، أَمَّا بَعْدُ ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jama’ah Juma’at Rohimakumulloh,

Mari kita panjatkan puja puji syukur ke hadhirat Allah yang maha ghofur atas limpahan rohmat karunia dan ni’mat nya kepada kita semua, karenanya saat ini kita bisa hadir di masjid yang mulia ini untuk melaksanakan ibadah sholat Jum’at.

Sholawat dan salam semoga disampaikan kepada Nabi yang mulia suri teladan bagi kita semua yakni Habibanaa wa nabiyyanaa Muhammad Shollallohu alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau para sahabat, para tabi’in, pengikut tabi’iin mudah mudahan termasuk kita didalamnya, tercatat sebagai umat baginda Nabi Muhammad SAW. Aamin yaa robbal Aalamiin.

Selanjutnya alfaqir menghimbau khusus nya untuk diri sendiri, marilah kita senantiasa meningkatkan taqwa kita kepada Allah Ta’ala dengan berusaha terus menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan demikan mudah-mudahan kita akan tergolong kepada orang-orang yang akan mendapatkan kebahagiaan di dalam dunia hingga akhirat kelak. . Aamin yaa robbal Aalamiin.

Ma’syirol muslimin rohimakumulloh..

Sebagai insan yang beriman kepada Allah Ta’ala dan atas apa yang dibawa oleh Rosulalloh SAW, tentu kita semua ingin mendapatkan kebaikan, kebahagian dan kemulyaan hidup dari dunia hingga akhirat. Sementara puncak dari kebaikan dan kemulyaan adalah menjadi orang yang bertaqwa dihadapan Allah Ta’ala..

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

tidak perduli siapapun dia, orang beradakah, orang tidak punya kah, pejabat atau bukan, populer atau tidak …kalau dia berusaha menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah dengan ilmu dan usahanya, maka sungguh dia telah berada di jalan yang terbaik…yaitu taqwa.

Diantara ciri dan karakter manusia yang bertaqwa di hadapan Allah adalah manusia yang menghiasi hatinya dengan ridho, sebagai bagian ibadah bathiniah yang harus dilaksanakan oleh seseorang yang mengaku beriman kepada Allah Ta’ala.

Timbul pertanyaan apa yang dimaksud dengan RIDHO?

Syaikh Muḥammad Nawawī bin ‘Umar al-Jāwī rohimahulloh.. didalam kitabnya Kāsyifat-us-Sajā fī Syarḥi Safīnat-un-Najā, Menjelaskan perkataan para ulama mengenai pengertian Ridho ini.

)قَوْلُهُ الرِّضَا(، هُوَ غَنِىُّ الْقَلْبِ بِمَا قُسِمَ وَتَرْكُ السُّخْطِ

(“ridhā”), yaitu sikap merasa cukupnya hati dengan apa yang telah dibagi [oleh Allah] dan meninggalkan ketidak puasan”

Apapun hal ihwal yang diberikan oleh Allah atas dirinya, orang yang bertaqwa ridho dengan penuh keimanan akan menerimanya.

Sedangkan orang yang senantiasa ridho atas segala ketetapan dari Allah baik dan buruk serta tetap beramal sholih dengan penuh keimanan maka di hatinya akan tumbuh sifat Qona’ah…

Firman Allah Ta’aala dalam suroh An Nahl Ayat 97,

مَنْ عَمِلَ صَا لِحًـا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَـنُحْيِيَنَّهُ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚوَلَـنَجْزِيَـنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَ حْسَنِ مَا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ

"Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl 16: Ayat 97)

Jama’ah Juma’at Rohimakumulloh,

Kalimat حَيٰوةً طَيِّبَةً selain di maknai syurga oleh para mufassir ada pula yang memaknainya dengan sifat Qona’ah (Wallohu a’lam), Sedangakan Qona’ah adalah Arridho bima u’thiyallohu (ridho terahdap yang diberikan oleh Allah).

Dengan demikian siapa saja yang orang beriman dan ridho dengan segala apa yang diberikan oleh Allah atas dirinya sehingga tetap berada pada jalan taqwa kepada Allah, Allah akan berikan atas orang tersebut hayatan thoyyibah …kehidupan yang baik yang berisi kebahagian di dunia terlebih lagi di akhirat akan mendapatkan balasan yang lebih baik lagi.

Sebaliknya bagi mereka yang tidak ridho terhadap segala ketentuan dan ketetapan dari Allah akan medapati hidup penuh kegelisahan, ketidakpuasan bahkan mendapat murka dari Allah Ta’ala…

Dalam sebuah hadist Rosulallohu SAW bersabda :

قَالَ اللهُ تَعَالَى:مَنْ لَمْ يَرْضَ بِقَضَائِيْ وَ لَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلَائِيْ وَ لَمْ يَشْكُرْ عَلَى نَعْمَائِيْ فَلْيَتَّخِذْ رَبًّا سِوَائِيْ

Allah Ta’aala berfirman “Siapa saja yang tidak rela dengan keputusan-Ku dan tidak sabar terhadap cobaan-Ku dan tidak bersyukur atas karunia-karuniaKu, maka silahkan ambil-lah tuhan selain-Ku.” (HR Baihaqī [dari Anas])

Tentu saja kita tidak akan pernah menemukan tuhan …yang ahad…yang maha mengatur …maha memelihara…maha kaya…maha mencukupi dan pemilik seluruh sifat kesempurnaan melainkan Allah ‘Azza wa jalla..

Maka semoga melalui segala daya dan upaya serta pertolongan dari Allah… kita di jadikan orang orang yang senantiasa ridho atas apa yang diberikan oleh Allah yang baik maupun yang buruk sebagai bagian kewajiban kita dalam merealisasikan taqwa di hadapan Allah SWT.. Aamiin yaa robbal ‘alamiin

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ ,وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ

Jaka Suganda (Jama’ah Fosil) (disampaikan di Masjid Al Imaroh Cibuntu)
Cibitung, 29 Jumadil Awal 1441 H