Selasa, 11 Februari 2020

GHIBAH TANGAN DI MEDSOS


اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ . فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ma’asyiral hadirin, jama’ah Jum’at Rohimakumulloh,

Mari kita panjatkan segala puja dan puji serta syukur kita kepada Allah yang maha ghofur atas limpahan rohmat karunia dan ni’mat nya kepada kita semua, ni’mat iman dan islam, ni’mat sehat dan kesempatan sehingga Alhamdulillah, saat ini kita bisa hadir di masjid yang mulia ini untuk melaksanakan ibadah sholat Jum’at.

Sholawat dan salam semoga disampaikan selalu kepada Nabi agung pemimpin sekalian para nabi dan rosul dialah Habibanaa wa nabiyyanaa Muhammad Shollallohu alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau, para sahabat, para tabi’in, pengikut tabi’iin mudah mudahan termasuk kita didalamnya, dicatat sebagai umat baginda Nabi Muhammad SAW. Aamin yaa robbal Aalamiin.

Selanjutnya alfaqir menghimbau khusus nya untuk diri sendiri, marilah kita senantiasa meningkatkan taqwa kita kepada Allah Ta’ala, taqwa dengan sebenar-benarnya taqwa yaitu dengan berusaha terus menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena dengan jalan taqwa inilah kita akan mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan di dalam dunia hingga akhirat kelak. . Aamin yaa robbal Aalamiin.

hadirin, jama’ah Ju’mat yang di rohmati Allah..

Di sadari atau tidak saat ini kita tengah berada diera informasi digital yang tanpa sekat ruang dan waktu. Satu masa dimana manusia dapat mendapatkan sebuah informasi dari suatu kejadian di belahan bumi yang jauh sekalipun, tanpa harus menunggu lama. Hal ini dapat terjadi dengan mudah setelah berkembangnya teknologi informasi dan media sosial (medsos) di tangan mayoritas masyarakat dunia. Kita memang patut bersyukur karena dengan teknologi informasi dan media sosial ini, mencari informasi keilmuan terbuka luas, komunikasi bisnis sangat terbantu, menjadi media silaturrahmi, bahkan ada yang menjadi kaya dengan memanfaatkan hadirnya teknologi informasi dan media sosial ini.

Di sisi lain lewat medsos pula, orang bisa menjadi mudah melanggar norma-norma agama maupun tatanan sosial masyarakat. Melalui medsos sekarang bisa curhat, bisa juga menggunjing orang, memfitnah dan menebar ujaran kebencian dan berita bohong, semuanya bisa dilakukakan hanya dengan apa yang ada dalam genggaman tangan, melalui tulisan, gambar, atau video yang bisa diproduksi dalam hitungan menit. Dalam waktu sebentar saja konten itu lalu menyebar ke mana-mana. Jutaan orang bisa mengakses dan hebatnya lagi, gunjingan di media sosial tidak akan pernah hilang sebelum dihapus.  

Menceritakan keburukan orang lain, dalam agama Islam dikenal dengan istilah ghîbah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra diceritakan, suatu ketika Rasulullah pernah bertanya kepada para sahabat :
  أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟  
“Apakah kalian tahu apa itu ghibah?”  

Para sahabat menjawab :
  اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ  
 “Allah dan Rasulnya yang lebih tahu”  

Kemudian Nabi menjawab :  
 ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ    
”Ghibah adalah ketika kamu mengisahkan teman kamu tentang suatu yang tidak ia sukai”

Lalu ada yang tanya kepada Nabi:  
أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟  
 “Bagaimana kalau yang saya katakan itu memang sesuai faktanya, Ya Rasul?”  

 إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ، فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّ  
“Ya kalau memang yang kamu katakan itu fatka, berarti kamu menggujingnya. Namun jika yang kamu bicarakan tidak sesuai fakta, maka kamu membuat kedustaan terhadap dirinya” (HR Muslim).
 
Jama’ah Jum’at Rohimakumulloh,

Dalam pergaulan kekeluargaan dan masyarakat, besar kemungkinan kita akan menemukan kekurangan-kekurangan orang-orang di sekitar kita. Dan itu wajar, karena di sekeliling kita adalah manusia. Tak ada manusia tanpa kekurangan di dunia ini. Jika harus menuntut adanya manusia suci tanpa salah, seharusnya tuntutan tersebut terlebih dahulu untuk diri kita sendiri ketimbang orang lain.

Melalui fasilitas seperti WA, Facebook, Instagram, Twitter, Youtube dan lain sebagainya. Peluang untuk mengungkapkan isi hati atau menceritakan kekurangan orang lain menganga besar.   Pergunjingan kini tak hanya berupa pembicaraan secara lisan melainkan pula bisa berupa tulisan atau konten lainnya.

Selama sarana tersebut efektif untuk menyampaikan keburukan, selama itu pula dosa mengalir. Artinya, dosa ghibah bukan hanya bersumber dari lidah tapi juga bisa dari tangan kita tangan.

Syekh Muhammad bin Salim Ba-Bashil dalam kitab Is’adur Rafiq juz 2, hal. 105 menyatakan :
  وَمِنْهَا كِتَابَةُ مَا يَحْرُمُ النُّطْقُ بِهِ  
Artinya: “Di antara maksiat tangan adalah menuliskan satu hal yang haram diucapkan” (Syekh Muhammad bin Salim Ba-Bashil, Is’adur Rafiq, juz 2, hal. 105).
 
Lebih jauh beliau melanjutkan bahwa menggunjing dan jenis dosa menulis yang lain justru dosanya lebih besar dan lebih langgeng. Sebab apa? Karena potensi jangkauan maksiat tersebut lebih luas, dan tidak akan bisa hilang dalam sekejap. Berbeda dengan ucapan, sekali disampaikan, langsung tidak ada bekasnya. Walaupun kebencian yang ditebar juga tetap berbahaya.  

Oleh karena itu, baik melalui chat, telepon, video, sepanjang ada unsur menggunjingnya, hukumnya adalah haram. Keharaman ini berlaku baik menggunjing sesama Muslim atau pun menggunjing non-Muslim yang mereka tidak menyakiti kita.  

Dalam kitab Az-Zawajir, Ibnu Hajar al-Haitami menceritakan bahwa Imam al-Ghazali pernah ditanya tentang hukum menggunjing non-Muslim. Kemudian Imam al-Ghazali menjawab :  
 هِيَ فِي حَقِّ الْمُسْلِمِ مَحْذُورَةٌ لِثَلَاثِ عِلَلٍ:  
“Bagi seorang Muslim menggunjing orang kafir dilarang karena tiga alasan.”  

 الْإِيذَاءُ  
Pertama yaitu “menyakiti hatinya”
Menyakiti hati orang lain, selama dia tidak menyakiti kita, baik itu Muslim atau non-Muslim, tidak dibenarkan.  

 وَتَنْقِيصُ خَلْقِ اللَّهِ، فَإِنَّ اللَّهَ خَالِقٌ لِأَفْعَالِ الْعِبَادِ  
Kedua, “menganggap kurang ciptaan Allah”
Padahal Allah-lah yang menciptakan semua gerak-gerik hamba-hamba-Nya. (Menjelek-jelekkan non-Muslim di luar urusan keyakinannya, sama juga menganggap ada yang kurang sempurna pada ciptaan Allah).

 وَتَضْيِيعُ الْوَقْتِ بِمَا لَا يُعْنِي  
Ketiga, “boros waktu untuk hal-hal yang tidak berguna” 

Lebih lanjut, Imam Ghazali juga menyatakan :  
 وَأَمَّا الذِّمِّيُّ فَكَالْمُسْلِمِ فِيمَا يَرْجِعُ إلَى الْمَنْعِ مِنْ الْإِيذَاءِ،؛ لِأَنَّ الشَّرْعَ عَصَمَ عِرْضَهُ وَدَمَهُ وَمَالَهُ 
“Kafir dzimmi (non-Muslim yang tidak memerangi orang Muslim) hukumnya berlaku sebagaimana orang Islam dalam hal masing-masing tidak boleh disakiti. Sesungguhnya syara’ melindungi kehormatan, darah dan hartanya.” (Ibnu Hajar al-Haitami, Az-Zawâjir, [Dârul Fikr, Beirut, 1987], juz 2, halaman 27).
 
Jama’ah Jum’at Rohimakumulloh,

Dalam bermedsos, di antara kita banyak pula yang menjadi silent reader atau pembaca pasif. Tidak pernah menuliskan status di Facebook, tidak pernah berkomentar di WA Group, namun aktif membaca ke sana kemari. Menjadi silent reader pun tak lantas terbebas dari jeratan ghibah.   Sebagai silent reader, kita juga harus berhati-hati dalam memilih berteman, mem-follow atau men-subscribe siapa? Karena apabila kita salah memilih teman, berada pada grup yang keliru, men-subscribe orang-orang yang gemar menggunjing pihak lain, maka kita akan dengan mudah menjadi otomatis membaca berita gunjingan mereka.  

Imam Nawawi dalam kitabnya Hilyatul Anwar wa Syi’arul Abrar mengatakan :
  اِعْلَمْ أَنَّ الْغِيْبَةَ كَمَا يَحْرُمُ عَلَى الْمُغْتَابِ ذِكْرُهَا، يَحْرُمُ عَلَى السَّامِعِ اِسْتِمَاعُهَا وَإِقْرَارُهَا
“Menyimak sebuah gunjingan dan membiarkannya itu sama haramnya dengan menggunjing itu sendiri”

Bagi penyimak jika mempunyai kemampuan harus mencegah, memberikan nasihat kepada pembuat konten. Minimal, jika tidak mampu manangkal, hatinya harus inkar dan meninggalkan majelis tersebut.

Dalam konteks medsos, apabila ada postingan yang arahnya membicarakan keburukan orang lain, segera pindah ke konten lain yang lebih bermanfaat. Jangan justru gunjingan tersebut dibaca sampai selesai.  

Allah berfirman dalam Al-Qur’an :  
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ  
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS Al-Hujurat: 12).  

Dalam sebuah hadits, Nabi bersabda :  
 يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ، وَلَمْ يَدْخُلِ الْإِيمَانُ قَلْبَهُ، لَا تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ، وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعُ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ  
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya akan tetapi iman belum masuk kedalam hatinya, janganlah kalian mengghibahi kaum muslimin, dan janganlah pula mencai-cari aib mereka, sesungguhnya barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim maka Allah akan mencari-cari kesalahannya, dan barangsiapa yang Allah mencari-cari kesalahannya maka Allah akan mempermalukannya meskipun ia berada di dalam rumahnya". (HR Abu Dawud) .

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ. أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيْم، بسم الله الرحمن الرحيم، وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣) ـ   وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ ـ  

Jaka Suganda
Selasa, 11 Februari 2020

di gubah dari : https://islam.nu.or.id


Senin, 03 Februari 2020

Kitab Tuhfatul Athfal (Bab Hukum Lam Ta`Rif Dan Lam Fi`il)



حُـــكْــمُ لَامِ اَلْ وَلَامِ الْــفِــعْــــــــلِ
HUKUM LAM TA`RIF DAN LAM FI`IL

Al ta`rif (اَلْ ) adalah Al yang masuk pada isim selain isim isyaroh dan isim `alam.

لِلَامِ اَلْحَــالَانِ قَــبْــلَ الْأَحْــرُفِ۞أُوْلَاهُــمَـــاإِظْــهَـــارُهَــــا فَــلْـــتَـــعْــــــــرِفِ
Bagi Lam Al (Lam ta’rif/ Alif Lam) terdapat dua hukum ketika berada sebelum huruf hijaiyyah. Hukum yang pertama adalah izhhar, yakni membaca huruf Lam sukun dengan jelas, maka ketahuilah.

قَبْلَ اَرْبَعٍ مَعْ عَشْـــرَةٍ خُدْعِلْمَــهْ۞مِنْ اَبْــغِ حَجَّــــكَ وَخَفْ عَــقِـيْمَــهْ
Pertama: adalah dibaca idzhăr, yaitu ketika AL (اَلْ) bertemu dengan huruf hijaiyah yang 14 yang terkumpul dalam syi`ir  ابـغ حـجـك وخـف عـقــيـمـه,  yaitu:
 alif (ا ), ba’ (ب), ghin ( غ ),ha’ ( ح ), jim ( ج ), kaf ( ك ), wawu ( و ), kha’(خ), fa’ ( ف ), `ain ( ع ),qaf( ق ), ya’ ( ي ), mim ( م ) dan ha’  (هـ).

Contoh bacaan idzhar :
)اَلْاَحَــــدُ : اَلْــبَـــاسِــطُ( اظهار ال برتمو حاء دان باء
)اَلْغَــفُــــوْرُ : اَلْـحَـكِـــيْـمُ( اظهار ال برتمو غين دان حاء
)اَلْـجَـــلِــيْــلُ : اَلْكَــبِــيْرُ( اظهار ال برتمو جيم دان كاف
)اَلْـوَهَّـــابُ : اَلْـخَـسِــيْرُ( اظهار ال برتمو واو دان خاء
)اَلْـفُــلْكُ : اَلْـعَــظِـــيْـمُ( اظهار ال برتمو فاء دان عين
)اَلْــقَــــدِيْرُ : اَلْــيَــسِـــيْرُ( اظهار ال برتمو قاف دان ياء
)اَلْمُـعِــــيْـــدُ : اَلْـهَـــــادِيْ( اظهار ال برتمو ميم دان هاء

ثَـــانِـــيْــهِمَــا اِدْغَــــــامُــهَـــا فِـــيْ اَرْبَــــــعِ۞وَعَشْــرَةٍ أَيْـضًــا وَرَمْـــزَهَـافَــــعِ
Kedua : dibaca idghăm, yaitu ketika AL(اَلْ)bertemu dengan 14 huruf yang menjadi huruf awal pada tiap-tiap kalimat syi`ir di bawah ini.

طِبْ ثُمَّ صِلْ رَحْـمًا تَفُزْ ضِفْ ذَانِـعَمْ۞دَعْسُـــوْءَ ظَـــنٍّ زُرْشَــرِيْفًـا لِـلْـكَــــرَمْ
Artinya: puaslah kamu, sambunglah familimu maka kamu akan beruntung, suguhilah orang ini dengan kenikmatan-kenikmatan, tinggalkan prasangka buruk dan kunjungilah orang mulia karena kemuliaannya.

Yaitu: tha’ (ط), tsă’(ث), shăd(ص),Ră’(ر), tă’ (ت), dlăd (ض), dzăl (ذ), nun(ن), dăl (د), sin ( س ),zhă’(ظ), ză’ (ز), syĩn (ش) dan lăm(ل).

Contoh:
ال برتمو طاء دان ثاء ادغـام )اَلطَّاهِــرُ : اَلــثَّــوَابُ(
ال برتمو صاد دان راء ادغـام )اَلصَّـبُــوْرُ : اَلـــرَّؤُوْفُ(
ال برتمو تاء دان ضاد ادغـام )اَلـتَّــائِـــبُـوْنَ : اَلضَّــرُّ(
ال برتمو ذال دان نون ادغـام )وَالذَّارِيَــاتِ : اَلـنَّـافِـــعُ(
ال برتمو دال دان سين ادغام )اَلـدَّهْــرُ : اَلسَّامِــعُ(
ال برتمو ظاء دان زاء ادغام )اَلظَّاهِـــرُ : اَلــزَّائِـــرُ(
ال برتمو شين دان لام ادغام )اَلشَّكُـــوْرُ : اَلـلَّـطِــيْــفُ(

وَاللَّامَ اْلاُوْلَى سَـمِّهَاقَمَرِيَّــــهْ۞وَاللَّامَ الْأُخْرَى سَـمِّهَا شَـمْــسِـيَّــــهْ
AL( اَلْ)bagian yang pertama dinamakan Al-Qomariyah (jelas), dan AL( اَلْ) bagian yang kedua dinamakan Al-Syamsiyah (tidak jelas).

وَأَظْـهِــــرَنَّ لَامَ فِــعْـــلٍ مُطْــلَــقَـــا۞فِى نَحْــوِ قُــلْ نَعَمْ وَقُــلْـــنَــا وَالْـــتَــقَى
Dan bacalah dengan izh-har seluruh Lam fi’il (Lam sukun yang ada pada kata kerja)
adalah mutlak, misalnya dalam contoh kata: قُــلْ نَعَمْ, kata قُــلْـــنَــا dan الْـــتَــقَى

Contoh bacaan idzhar:

لام ماتى دى فعل ماضى اظهار فعلى )فَلْـــــتَــقَطَــهُ(
لام ماتى دى فعل مضارع اظهار فعلى )يَــلْــــتَــقِــطْــهُ(
لام ماتى دى فعل امر اظهار فعلى )سَــلْ بَــنِـــيْ(

Akan tetapi apabila lam fi`il yang mati tersebut bertemu dengan huruf lam (ل)atau Ra’ ( ر ) maka harus dibaca idghăm.

Contoh:

لام فعل ماتى برتمو راء )قُــرَّبِّــيَ الـلّٰـهُ( ادغام )قُـلْ رَبِّــيَ الـلّٰـهُ(
لام فعل ماتى برتمو لام )قُــلَّــهُــمْ( ادغام )قُـلْ لَـهُمْ مِــيْــعَـــادٌ(

Artikel Sebelumnya : Kitab Tuhfatul Athfal (Hukum Nun Dan Mim Bertasydid)

Baca dari pertama : Kitab Tuhfatul Athfal Fi Tajwidil Qur’an




Kamis, 30 Januari 2020

FATHUL QORIB (Bab Dibagh Menyamak Kulit)



(فَصْل( فِي ذكر شيء من الأعيان المتنجسة وما يطهر مِنْهَا بالدباغ وما لَا يطهر
(Fasal) menjelaskan tentang barang-barang najis, barang-barang najis yang bisa suci dengan cara di-samak dan yang tidak bisa suci (dengan cara di-samak).
(وجلود الميتة) كلها: (تطهُر بالدباغ)، سواء فِي ذلك: ميتة مأكول اللحم وغيره.
(Kulit bangkai) semuanya (bisa suci dengan cara di-samak). Dalam hal itu baik bangkai binatang yang halal dimakan dan yang tidak halal dimakan.

Tata Cara Menyamak
وكيفية الدبغ: أن ينزع فضول الجلد مما يُعَفِّنه من دَم ونحوه، بشيء حِرِّيف؛ كعفص، وَلَوْ كَانَ الحريف نجسًا؛ كذرق حمام؛ كفى فِي الدبغ.
Tata cara menyamak adalah menghilangkan fudlulul (hal-hal yang melekat) kulit yang bisa membuat busuk yaitu berupa darah dan sesamanya, dengan menggunakan barang yang asam / pahit seperti tanaman afshin [1]. Jika barang pahit yang digunakan itu najis seperti kotoran burung dara, maka sudah dianggap cukup dalam penyamakan.
(إلا جلدَ الكلب والخنزير وما تولد مِنْهُمَا أَوْ من أحدهما) مع حيوان طاهر، فَلَا يطهر بالدباغ.
(Kecuali kulit bangkai anjing, babi, keturunan keduanya, atau keturunan salah satu dari keduanya) hasil perkawinan dengan binatang yang suci. Maka kulit binatang-binatang ini tidak bisa suci dengan cara di-samak.
(وعظمُ الميتةِ وشعرُها: نجسٌ) وَكَذَا الميتة أَيضًا: نجسة.
(Tulang dan bulunya bangkai hukumnya adalah najis). Begitu juga bangkainya itu sendiri hukumnya juga najis.
وَأُرِيدَ بِهَا: الزائلة الحياة بغير ذكاة شرعية؛
Yang dikehendaki dengan bangkai adalah binatang yang mati sebab selain sembelihan secara syar’i.
 فَلَا يستثنى حينئذ: جنين المُذَكَّاة؛ إذا خرج من بطن أمه ميتًا؛ لأن ذكاته فِي ذكاة أمه؛ وَكَذَا غيره: من المستثنيات المذكورة فِي المَبْسُوطَاتِ.
Kalau demikian, maka tidak perlu dikecualikan janinnya binatang yang disembelih (secara syar’i) yang keluar dari perut induknya dalam keadaan mati. Begitu juga bentuk-bentuk pengecualian lain yang dijelaskan di dalam kitab-kitab yang luas keterangannya.
ثم استثنى من شعر الميتة: قوله: (إلا الآدمي)؛ أَي: فإن شعره طاهر؛ كمَيتَتِه.
Kemudian mushannaif mengecuali-kan dari bulu bangkai yaitu ungkapan beliau yang berbunyi, (kecuali anak Adam).‛ Maksudnya, maka sesungguhnya rambut dan bulu anak Adam hukumnya suci.

[1] Sejenis tanaman yang berbau wangi dan rasanya pahit.


Pasal Sebelumnya : FATHUL QORIB (Pembagian Air)

Baca Dari Awal : NGAJI KITAB FATHUL QORIB


Jumat, 24 Januari 2020

RIDHO AKAN KETETAPAN ALLAH ADALAH CIRI ORANG YANG BERTAQWA



الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ التّقْوَى خَيْرَ الزَّادِ وَاللِّبَاسِ وَأَمَرَنَا أَنْ تَزَوَّدَ بِهَا لِيوْم الحِسَاب اَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ رَبُّ النَّاسِ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المَوْصُوْفُ بِأَكْمَلِ صِفَاتِ الأَشْخَاصِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجمعين وسَلّمْ تَسليمًا كَثِيرًا ، أَمَّا بَعْدُ ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jama’ah Juma’at Rohimakumulloh,

Mari kita panjatkan puja puji syukur ke hadhirat Allah yang maha ghofur atas limpahan rohmat karunia dan ni’mat nya kepada kita semua, karenanya saat ini kita bisa hadir di masjid yang mulia ini untuk melaksanakan ibadah sholat Jum’at.

Sholawat dan salam semoga disampaikan kepada Nabi yang mulia suri teladan bagi kita semua yakni Habibanaa wa nabiyyanaa Muhammad Shollallohu alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau para sahabat, para tabi’in, pengikut tabi’iin mudah mudahan termasuk kita didalamnya, tercatat sebagai umat baginda Nabi Muhammad SAW. Aamin yaa robbal Aalamiin.

Selanjutnya alfaqir menghimbau khusus nya untuk diri sendiri, marilah kita senantiasa meningkatkan taqwa kita kepada Allah Ta’ala dengan berusaha terus menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan demikan mudah-mudahan kita akan tergolong kepada orang-orang yang akan mendapatkan kebahagiaan di dalam dunia hingga akhirat kelak. . Aamin yaa robbal Aalamiin.

Ma’syirol muslimin rohimakumulloh..

Sebagai insan yang beriman kepada Allah Ta’ala dan atas apa yang dibawa oleh Rosulalloh SAW, tentu kita semua ingin mendapatkan kebaikan, kebahagian dan kemulyaan hidup dari dunia hingga akhirat. Sementara puncak dari kebaikan dan kemulyaan adalah menjadi orang yang bertaqwa dihadapan Allah Ta’ala..

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

tidak perduli siapapun dia, orang beradakah, orang tidak punya kah, pejabat atau bukan, populer atau tidak …kalau dia berusaha menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah dengan ilmu dan usahanya, maka sungguh dia telah berada di jalan yang terbaik…yaitu taqwa.

Diantara ciri dan karakter manusia yang bertaqwa di hadapan Allah adalah manusia yang menghiasi hatinya dengan ridho, sebagai bagian ibadah bathiniah yang harus dilaksanakan oleh seseorang yang mengaku beriman kepada Allah Ta’ala.

Timbul pertanyaan apa yang dimaksud dengan RIDHO?

Syaikh Muḥammad Nawawī bin ‘Umar al-Jāwī rohimahulloh.. didalam kitabnya Kāsyifat-us-Sajā fī Syarḥi Safīnat-un-Najā, Menjelaskan perkataan para ulama mengenai pengertian Ridho ini.

)قَوْلُهُ الرِّضَا(، هُوَ غَنِىُّ الْقَلْبِ بِمَا قُسِمَ وَتَرْكُ السُّخْطِ

(“ridhā”), yaitu sikap merasa cukupnya hati dengan apa yang telah dibagi [oleh Allah] dan meninggalkan ketidak puasan”

Apapun hal ihwal yang diberikan oleh Allah atas dirinya, orang yang bertaqwa ridho dengan penuh keimanan akan menerimanya.

Sedangkan orang yang senantiasa ridho atas segala ketetapan dari Allah baik dan buruk serta tetap beramal sholih dengan penuh keimanan maka di hatinya akan tumbuh sifat Qona’ah…

Firman Allah Ta’aala dalam suroh An Nahl Ayat 97,

مَنْ عَمِلَ صَا لِحًـا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَـنُحْيِيَنَّهُ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚوَلَـنَجْزِيَـنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَ حْسَنِ مَا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ

"Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl 16: Ayat 97)

Jama’ah Juma’at Rohimakumulloh,

Kalimat حَيٰوةً طَيِّبَةً selain di maknai syurga oleh para mufassir ada pula yang memaknainya dengan sifat Qona’ah (Wallohu a’lam), Sedangakan Qona’ah adalah Arridho bima u’thiyallohu (ridho terahdap yang diberikan oleh Allah).

Dengan demikian siapa saja yang orang beriman dan ridho dengan segala apa yang diberikan oleh Allah atas dirinya sehingga tetap berada pada jalan taqwa kepada Allah, Allah akan berikan atas orang tersebut hayatan thoyyibah …kehidupan yang baik yang berisi kebahagian di dunia terlebih lagi di akhirat akan mendapatkan balasan yang lebih baik lagi.

Sebaliknya bagi mereka yang tidak ridho terhadap segala ketentuan dan ketetapan dari Allah akan medapati hidup penuh kegelisahan, ketidakpuasan bahkan mendapat murka dari Allah Ta’ala…

Dalam sebuah hadist Rosulallohu SAW bersabda :

قَالَ اللهُ تَعَالَى:مَنْ لَمْ يَرْضَ بِقَضَائِيْ وَ لَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلَائِيْ وَ لَمْ يَشْكُرْ عَلَى نَعْمَائِيْ فَلْيَتَّخِذْ رَبًّا سِوَائِيْ

Allah Ta’aala berfirman “Siapa saja yang tidak rela dengan keputusan-Ku dan tidak sabar terhadap cobaan-Ku dan tidak bersyukur atas karunia-karuniaKu, maka silahkan ambil-lah tuhan selain-Ku.” (HR Baihaqī [dari Anas])

Tentu saja kita tidak akan pernah menemukan tuhan …yang ahad…yang maha mengatur …maha memelihara…maha kaya…maha mencukupi dan pemilik seluruh sifat kesempurnaan melainkan Allah ‘Azza wa jalla..

Maka semoga melalui segala daya dan upaya serta pertolongan dari Allah… kita di jadikan orang orang yang senantiasa ridho atas apa yang diberikan oleh Allah yang baik maupun yang buruk sebagai bagian kewajiban kita dalam merealisasikan taqwa di hadapan Allah SWT.. Aamiin yaa robbal ‘alamiin

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَجَعَلَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاِت وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ هُوَ البَرُّ التَّوَّابُ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ ,وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرّاحِمِيْنَ

Jaka Suganda (Jama’ah Fosil) (disampaikan di Masjid Al Imaroh Cibuntu)
Cibitung, 29 Jumadil Awal 1441 H